|
Segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta. Shalawat dan salam kepada nabi dan rasul yang paling mulia, Muhammad bin ‘Abdillah, serta kepada keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du, Tulisan ini ditujukan untuk semua muslim yang akan bertemu dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat wal afiat, agar dapat memanfaatkan bulan tersebut dalam ketaatan pada Allah Ta’ala. Semoga melalui tulisan ini dapat menjadi sarana untuk membangkitkan semangat di dalam jiwa seorang mu’min dalam beribadah kepada Allah di bulan yg mulia ini. Maka penulis memohon kepada Allah Ta’ala agar diberikan taufik dan jalan yang lurus serta menjadikan amal ini ikhlas hanya karena mengharap WajahNya Yang Mulia semata. Dan semoga Allah mencurahkan shalawat atas junjungan kita, Muhammad, dan kepada keluarganya serta seluruh sahabatnya.
1.Pertanyaan
Apakah boleh shalat memakai pantaloon (celana panjang ketat) bagi wanita dan lelaki. Bagaimana pula hukum syar’inya bila wanita memakai pakaian yang bahannya tipis namun tidak menampakkan auratnya?
Jawab:
Fadhilatusy Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjawab, “Pakaian yang ketat yang membentuk anggota-anggota tubuh dan menggambarkan tubuh wanita, anggota-anggota badan berikut lekuk-lekuknya tidak boleh dipakai, baik bagi laki-laki maupun wanita. Bahkan untuk wanita lebih sangat pelarangannya karena fitnah (godaan) yang ditimbulkannya lebih besar.
Waktu-waktu Shalat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“Sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban yang ditetapkan waktunya bagi kaum mukminin.” (An-Nisa`: 103)
Hampir 2/3 daripada jemaah haji dari negara ini melakukan haji Tamattuk. Kerana negara kita jauh dari Makkah, maka kebanyakan jemaah haji datang lebih awal dan lama masa hendak berihram, hingga ke hari Nahar (10 Zulhijjah) yang membolehkan mereka bertahallul awal, selepas melontar jumrah Aqabah. Jika mereka melakukan haji Ifrad, tentulah sangat lama memakai ihram dan terpaksa berpantang-larang yang lama pula.
1. Memahami dan mengerti akan maksud serta makna doa yang diminta. Kita boleh menggunakan apa-apa juga bahasa sewaktu berdoa asalkan kita memahami dan mengerti akan maksud yang diminta itu. Namun sebaik-baik bahasa yang harus digunakan adalah Bahasa Arab kerana ia adalah Bahasa Al-Quran yang diturunkan oleh Malaikat melalui wahyu yang datang terus dari Allah s.w.t. Selain itu semua doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah juga adalah dalam Bahasa Arab.
Kita disyariatkan untuk mengumandangkan adzan di masjid sebagai pertanda masuknya waktu sholat dan untuk memanggil umat Islam agar datang ke masjid menunaikan sholat fardhu secara berjamaah. Karena itu, waktu adzan yang paling utama adalah saat masuknya waktu sholat.
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Albaraa' bin Aazib r.a. berkata: "Kami bersama Nabi Muhammad s.a.w keluar menghantar jenazah seorang sahabat Anshar, maka ketika sampai kekubur dan belum dimasukkan dalam lahad, Nabi Muhammad s.a.w duduk dan kami duduk disekitarnya diam menundukkan kepala bagaikan ada burung diatas kepala kami, sedang Nabi Muhammad s.a.w mengorek-ngorek dengan dahan yang ada ditangannya, kemudian ia mengangkat kepala sambil bersabda: "Berlindunglah kamu kepada Allah dari siksaan kubur.".
Kehidupan di alam kubur adalah nyata. Semua orang pasti akan mengalaminya termasuk saya dan Anda tentunya. Pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz r.a, terdapat pemuda yang mati, dan dia adalah pemuda yang selalu meninggalkan shalat semasa hidupnya. Di dalam kubur, Jasadnya dicabik-cabik oleh Malaikat. Na'uzubillah.
Jika pada masa hidupnya seseorang senantiasa beribadah kepada Allah SWT, maka kelak mereka akan ditemani oleh sesosok yang rupawan dan berbau harum. Sosok itu adalah perwujudan amal saleh yang dilakukannya semasa hidup di dunia.
Sebaliknya, jika semasa hidupnya selalu lalai dan ingkar kepada Allah SWT, maka kelak akan ditemani sosok menyeramkan yang berbau busuk.
Diceritakan oleh salah seorang keluarga Ashim Al Jahdari, para roh berkumpul pada suatu hari tertentu dan mengenali siapa saja yang bertakziah. Dari Ibnu Qoyim yang bersumber dari Muhammad bin husein dari Yahya bin Bustom Al Ashghor dari Masma, seorang keluarga Asyim Al Jahdari, dirinya bertemu dengannya dalam mimpi. Dalam mimpi tersebut, Ashim bercerita bahwa dirinya bertemu dengan roh lainnya pada suatu waktu. Dalam pertemuan terseut, mereka saling bercerita satu sama lainnya.Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : "Apabila orang yang lewat kuburan saudaranya kemudian memberi salam, maka akan dibalas salam itu, dan dia mengenal siapa yang menyalami. Demikian juga mereka (yang mati) akan menjawab salam orang-orang yang tidak dikenal."
Ada Sebuah kisah seorang kakek tua yang hidup bersama cucu satu-satunya. Sang kakek adalah seorang muslim yang taat, tiada hari dalam hidupnya tanpa membaca Al-Qur’an. Si Cucu yang melihat betapa sang kakek begitu khidmat membaca Al-Quran penuh dengan penghayatan, bertkata : “Kek…!! Mendengar kakek membaca Al-Quran, aku merasa hatiku sejuk sekali ". Aku ingin sekali bisa memahaminya sebagaimana kakek, tapi aku tidak mampu, adapun yang aku pahami, aku lupakan secepat aku menutup buku "Adakah manfaat-nya kita membaca AL-QURAN tanpa mengetahui ARTINYA?".
eBook Artikel Islam ini merupakan beberapa kumpulan Artikel Islam yang berbentuk file .pdf yang bersumber dari situs besar islam download. Saya carikan link ini bertujuan agar semua sobat Mubarok dengan mudah mendownload beberapa Artikel islam. Dalam edisi kali ini saya sediakan 52 Artikel Islam yang mudah-mudahan sangat bermanfaat untuk semua sobat mubarok.
Ibnu Katsir dikenal luas sebagai orang yang memiliki ketinggian ilmu yang sangat luhur. Para ulama bersepakat mengakui keluhuran ilmu Ibnu Katsir, terutama dalam bidang tafsir Al-Qur’an, Hadis, dan tarikh. Ibn Habiib menggambarkan Ibnu Katsir sebagai “Pemimpin para ahli tafsir (Al-Qur’an). Ia mengumpulkan dan mengelompokkan semua (ilmu) yang ia peroleh.
Artikel berikut merupakan paparan kisah seputar hari-hari wafatnya Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam yang diambil dari riwayat-riwayat yang valid. Seleksi validitas riwayat dinukil dari telaahan Prof. Dr. Akram Dliyaa’ Al-’Umari hafidhahullah dalam bukunya : As-Siirah An-Nabawiyyah Ash-Shahiihah : Muhaawalatun li-Tathbiiqi Qawaaidil-Muhadditsiin fii Naqdi Riwaayaati As-Siirah An-Nabawiyyah.
Dari Abu Dzar, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sebagai sedekah. Maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat yang dilaksanakan di waktu Dhuha.”
[HR. Muslim, Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah]
Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Kekasihku Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah berwasiat kepadaku tiga perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur.”
[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad dan Ad-Darami] Dari Abud Darda, ia berkata: “Kekasihku telah berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan shalat Witir.”
[HR. Muslim, Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i] Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan] Dari Abu Said [Al-Khudry], ia berkata: Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau meninggalkannya, kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya”.
[HR. Turmuzi, hadis hasan] Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat Dhuha itu dapat mendatangkan rejeki dan menolak kefakiran. Dan tidak ada yang akan memelihara shalat Dhuha melainkan orang-orang yang bertaubat.”
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]
Anjuran Shalat Dhuha Dari Aisyah, ia berkata: “Saya tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat Dhuha, sedangkan saya sendiri mengerjakannya. Sesungguhnya Rasulullah SAW pasti akan meninggalkan sebuah perbuatan meskipun beliau menyukai untuk mengerjakannya. Beliau berbuat seperti itu karena khawatir jikalau orang-orang ikut mengerjakan amalan itu sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah yang hukumnya wajib (fardhu).”
[HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik dan Ad-Darami] Dalam Syarah An-Nawawi disebutkan:
Aisyah berkata seperti itu karena dia tidak setiap saat bersama Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah memiliki istri sebanyak 9 (sembilan) orang. Jadi Aisyah harus menunggu selama 8 hari sebelum gilirannya tiba. Dalam masa 8 hari itu, tidak selamanya Aisyah mengetahui apa-apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah istri beliau yang lain.
Waktu Afdol untuk Shalat Dhuha Dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang mengerjakan shalat Dhuha [pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain saat-saat seperti itu adalah lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatnya orang-orang yang kembali kepada ALLAH adalah pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya karena tersengat panasnya matahari”.
[HR. Muslim] Penjelasan:
Anak-anak onta sudah bangun karena panas matahari itu diqiyaskan dengan pagi hari jam 08:00 AM, adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang sinarnya dapat membangunkan anak onta. Jadi dari rincian penjelasan diatas dapat disimpulkan waktu yg paling afdol untuk melaksanakan dhuha adalah Antara jam 08:00 AM ~ 11:00 PM
Jumlah Rakaat Shalat Dhuha >> 4 RAKAAT
Dari Mu’dzah, bahwa ia bertanya kepada Aisyah: “Berapa jumlah rakaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menunaikan shalat Dhuha?”
Aisyah menjawab: “Empat rakaat dan beliau menambah bilangan rakaatnya sebanyak yang beliau suka.”
[HR. Muslim dan Ibnu Majah] >> 12 RAKAAT
Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas) rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan] >> 8 RAKAAT
Dari Ummu Hani binti Abu Thalib, ia berkata: “Saya berjunjung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu (Penaklukan) Makkah. Saya menemukan beliau sedang mandi dengan ditutupi sehelai busana oleh Fathimah putri beliau”.
Ummu Hani berkata: “Maka kemudian aku mengucapkan salam”. Rasulullah pun bersabda: “Siapakah itu?” Saya menjawab: “Ummu Hani binti Abu Thalib”. Rasulullah SAW bersabda: “Selamat datang wahai Ummu Hani”.
Sesudah mandi beliau menunaikan shalat sebanyak 8 (delapan) rakaat dengan berselimut satu potong baju. Sesudah shalat saya (Ummu Hani) berkata: “Wahai Rasulullah, putra ibu Ali bin Abi Thalib menyangka bahwa dia boleh membunuh seorang laki-laki yang telah aku lindungi, yakni fulan Ibnu Hubairah”.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “sesungguhnya kami juga melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu Hani”.
Ummu Hani juga berkata: “Hal itu (Rasulullah shalat) terjadi pada waktu Dhuha.”
[HR. Muslim]
Tata Cara Shalat Dhuha 1. Berniat untuk melaksanakan shalat sunat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.
2. Membaca surah Al-Fatihah
3. Membaca surah Asy-Syamsu (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca Qulya (QS:109) jika tidak hafal surah Asy-Syamsu itu.
4. Membaca surah Adh-Dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan membaca Qulhu (QS:112) jika tidak hafal surah Adh-Dhuha.
5. Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.
6. Menutup shalat Dhuha dengan berdoa. Inipun bukan sesuatu yang wajib, hanya saja berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH.
catatan :
>> Sebagaimana shalat sunat lainnya, Dhuha dikerjakan dengan 2 rakaat 2 rakaat, artinya pada setiap 2 rakaat harus diakhiri dengan 1 kali salam. >> Adapun surah-surah yang dibaca itu tidak ada hadis yang mengaturnya melainkan sekedar ijtihad belaka, kecuali membaca Qulya dan Qulhu adalah sunnah Rasulullah, tetapi bukan untuk shalat Dhuha, melainkan shalat Fajr. Kita tidak dibatasi membaca surah yang manapun yang kita sukai, karena semua Al-Qur’an adalah kebaikan. >> Doa pun tidak dibatasi, kita boleh berdoa apa saja asalkan bukan doa untuk keburukan. >> Doa yang terkenal dalam mazhab Syafi’i ada pada slide selanjutnya. Selain doa itu kita boleh membaca doa yang kita sukai. Namun karena ada aturan mazhab, maka hendaklah kita jangan melupakan agar memulai doa itu dengan menyebut nama ALLAH, memuji syukur kepada-NYA dan kemudian bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Do’a Sesudah Shalat Dhuha
ALLAAHUMMA INNADH-DHUHAA ‘ADHUHAA ‘UKA – WAL BAHAA ‘ABAHAA ‘UKA – WAL JAMAALA JAMAALUKA – WAL QUWWATA QUWWATUKA – WAL QUDRATA QUDRATUKA – WAL ‘ISHMATA ‘ISHMATUKA.
ALLAAHUMMA IN KAANA RIZQII FIS-SAMAA ‘I FA ANZILHU – WA IN KAANA FIL ARDI FA AKHRIJHU – WA IN KAANA MU’ASSARAN FA YASSIRHU – WA IN KAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU – WA IN KAANA BA’IIDAN FA QARRIBHU, BIHAQQI DHUHAA ‘IKA, WA BAHAA ‘IKA, WA JAMAALIKA, WA QUWWATIKA, WA QUDRATIKA.
AATINII MAA ‘ATAITA ‘IBAADAKASH-SHAALIHIIN. Artinya: “Wahai ALLAH, bahwasanya waktu Dhuha itu waktu Dhuha-MU – dan kecantikan adalah kecantikan-MU – dan keindahan adalah keindahan-MU – dan kekuatan adalah kekuatan-MU – dan kekuasaan adalah kekuasaan-MU – dan perlindungan itu adalah perlindungan-MU.
Wahai ALLAH, jikalau rejekiku masih diatas langit, maka turunkanlah – Dan jikalau ada didalam bumi maka keluarkanlah – dan jikalau sukar maka mudahkanlah – dan jika haram maka sucikanlah – dan jikalau masih jauh maka dekatkanlah dengan berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-MU.
Limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hambamu yang shaleh.
Wanita Shalihah (isteri shalihah) merupakan sebaik-baik dan semulia-mulia gelar yang diberikan kepada wanita kekasih Allah. Titel atau gelar itu bukan sekadar nama dan kebanggaan, tetapi dia adalah buah dari satu perjuangan panjang dalam kehidupan seorang wanita. Masyarakat Muslim diingatkan, supaya waspada terhadap khadra’uddiman, yaitu wanita cantik yang tumbuh dewasa di tempat yang buruk.
BANYAK wanita mendambakan titel itu, tetapi sangat sedikit yang sampai kepada tujuan yang dirindukan. Sebab, perjalanan panjang yang harus ditempuh oleh seorang wanita meng-haruskannya melalui jalan yang terjal, berkelok, ber-batu, naik bukit dan turun gunung, penuh onak dan duri. Kenanglah sejenak perjalanan hidup para pemimpin wanita ahli sur-ga, yaitu sebaik-baik wa-nita sebagaimana sabda Rasulullah Saw berikut ini. “Sebaik-baik wanita ialah Maryam binti Imran dan sebaik-baik wanita ialah Khadijah binti Khuwailid.” (HR. Bukhari Muslim). Dari Abu Musa ra. berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Lelaki yang sempurna ba-nyak, tetapi tidak demikian halnya bagi wanita kecuali Asiah istri Fir’aun dan Mar-yam binti Imran. Dan sesung-guhnya keutamaan Aisyah atas wanita lainnya seperti ke-utamaan tsarid (lauk yang berminyak) atas makanan lainnya.” (HR. Bukhari). Nabi Saw bersabda: “Fati-mah adalah pemimpin wa-nita ahli surga”. (HR. Bukhari) Kesemua wanita yang disebut di dalam hadits-hadits di atas, yang diberi gelar sebagai sebaik-baik wanita ahli surga (Mar-yam, Asiah, Khadijah, Aisyah dan Fatimah) ada-lah wanita-wanita yang perjalanan hidupnya pe-nuh dengan ujian dan tan-tangan. Mereka ditimpa banyak musibah dan bala bencana, baik dalam urusan keluarga, masya-rakat dan musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Na-mun mereka tidak ber-geming dari keimanan dan ketaatan kepada Allah Swt.
Apakah ciri dan karakter yang dimiliki da-lam menjalankan ke-hidupan sehari-hari, se-hingga dengan tegar ber-tahan dari segala amuk duniawi, dan mendapat-kan gelar mulia se-bagai wanita/istri shalihah? Se-cara umum dijelaskan di dalam al-Qur’an, Allah Swt berfirman:| “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wa-nita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[ ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (Qs. An Nisaa’ 4: 34) Inilah ayat yang me-nerangkan secara terpe-rinci tentang ihwal kaum wanita dalam ke-hidupan rumah tangga yang berada di bawah ke-pemimpinan kaum pria. Disebutkan bahwa ada dua jenis wa-nita: yang shalihah dan yang tidak shalihah. Lalu ciri shalihah antara lain adalah taat, yaitu taat ke-pada Allah Swt, kepada Rasul Nya dan taat kepada suami. Selain itu dia betah tinggal di rumah, bersikap ma’ruf kepada suami dan menjaga kehormatan diri di saat suaminya tidak ada di rumah. Ats-Tsauri dan Qata-dah mengatakan: Arti menjaga kehormatan diri di saat suami tidak ada di rumah adalah menjaga segala sesuatu yang mesti dipelihara, baik berkenaan dengan kehormatan diri maupun harta. Sementara itu Ibnu Jarir dan al-Baihaqi meriwayatkan ha-dits dari Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Nabi Saw bersabda: “Sebaik-baik wanita adalah yang menawan hati-mu bila engkau pandang, taat manakala engkau perintah, dan menjaga hartamu serta memelihara kehormatan diri-nya ketika engkau tidak ada di rumah.” Kemudian Rasulullah Saw. membaca ayat tersebut di atas. (Qs. An Nisaa’ 4: 34). Syeikh Muhammad Abduh mengatakan bahwa yang dimaksud dengan menjaga kehormatan diri di sini adalah menutup apa yang dapat membuat malu ketika diperlihatkan atau diungkapkan. Artinya, menjaga segala sesuatu yang secara khusus berke-naan dengan rahasia suami istri, serta tidak menceritakan rahasia su-aminya kepada siapa-pun kecuali kepada orang yang benar-benar dipercaya ka-rena ingin mencari solusi keruwetan rumah tangga. Secara syar’i, yang juga bisa dikategorikan da-lam hal ini adalah keha-rusan merahasiakan se-gala sesuatu yang berkait-an dengan hubungan intim suami istri, termasuk di da-lamnya menceritakan hal-hal yang tidak senonoh. Jangan seperti khadrau’ud-diman, seperti yang sering ditayangkan infotainment tv, mengumbar segala au-rat keluarga sehingga o-rang jijik mendengarnya. Apatah lagi bila sam-pai ke bentuk-bentuk peri-laku yang mereka laksana-kan sebagai pasangan sua-mi isteri yang tidak layak didengar oleh selain me-reka. Selain itu juga dapat difahami bahwa ungkapan yang disebut oleh al-Qur-’an di atas, merupakan salah satu ungkapan yang memiliki arti kiasan yang amat mendalam: meng-hentak kaum wanita yang keras hati, namun bisa di-fahami rahasianya oleh mereka yang berhati lembut. Kaum wanita me-mang memiliki naluri yang demikian lembut, dimana anda sekalian bisa mene-robos hati mereka hanya dengan menyentuh ujung jarinya saja. Jantung me-reka memiliki nadi-nadi peka yang segera memom-pakan darah ke raut wajah mereka manakala mene-rima rangsangan. Maka tidak dibenar-kan menghubungkan lang-sung kalimat hifzhul ghaib (menjaga harta dan kehor-matan diri) dengan kalimat bima hafizhallah (sebagai-mana Allah menjaga diri-nya). Sebab perpindahan yang demikian drastis dari penuturan rahasia diri yang tersembunyi ke arah penuturan penjagaan Allah yang demikian jelas memalingkan seseorang untuk berfikir secara ber-kepanjangan tentang hal-hal yang berada di balik tabir-tabir rahasia pribadi suami istri. Yakni, hal-hal yang tersembunyi dan rahasia, untuk dialihkan pada pengawasan Allah Azza wajalla. Penghormatan yang diberikan kepada kaum wanita melalui kesaksian Allah tersebut di atas, di-maksudkan agar mereka tetap terjaga dari jamahan tangan-tangan kotor, pan-dangan mata jahil, atau pergunjingan, di saat sua-mi mereka tidak berada di rumah, melalui bujukan, rayuan berupa lembaran-lembaran uang, mobil mewah, rumah indah atau beberapa kerat roti. Jadi, wanita-wanita shalihah ialah wanita yang menjaga harta dan kehor-matan dirinya ketika su-aminya tidak di rumah, sebagaimana Allah telah menjaga mereka. Itulah yang menjadi sifat shalihah kepada mereka. Sebab se-orang wanita yang sha-lihah akan selalu men-dapat pengawasan dari Allah Swt, dan ketakwaan yang mereka miliki me-nyebabkan mereka bisa menjadi wanita-wanita yang terpelihara dari sifat khianat dan mampu men-jaga amanat. Oleh karena itulah yang dimaksud dengan Wanita Shalihah dalam ayat di atas adalah mereka yang selalu taat kepada Allah Swt, Rasul Nya, suaminya dan tidak mem-perturutkan hawa nafsu-nya dalam hidup harian-nya. Apabila dikaitkan arti ayat yang disebutkan di atas tepat sekali untuk menggambarkan ihwal kaum wanita masa kini yang senang membeberkan rahasia-rahasia rumah tangga sendiri, atau rumah tangga orang lain (gosip wanita sinetron) dan tidak bisa menjaga harta dan kehormatan dirinya mana-kala suami mereka tidak berada di rumah bukanlah termasuk dalam koridor wanita shalihah. Jangan seperti khad-rau’uddiman, seperti yang sering ditayangkan infotai-ment tv, mengumbar segala aurat keluarga sehingga orang jijik mendengarnya. Jika diamati dengan seksa-ma keterangan diatas, ma-ka dapat disimpulkan bah-wa isteri yang shalihah mempunyai karakter se-bagai berikut :
1. Menaati Allah dan Rasul Nya
Dengan ketaatannya itulah sebagai aset terbesar baginya untuk meraih ganjaran tertinggi sebagai buah dari ilmu dan iman-nya. Yaitu surga yang pe-nuh dengan kenikmatan, dia kekal didalamnya se-lama-lamanya. Allah Swt. berfirman:| (Hukum-hukum ter-sebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang-siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah me-masukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (Qs. An Nisaa’, 4: 13) Firman Allah lagi: “Dan barangsiapa yang men-taati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sa-ma dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (Qs. An Nisaa’, 4: 69) Abu Hurairah ra ber-kata, Rasulullah Saw ber-sabda: “Semua ummatku akan masuk surga kecuali yang enggan (tidak mau). Pa-ra sahabat bertanya: Siapa-kah yang enggan itu wahai Rasulullah? Beliau men-jawab: Barang siapa yang ta’at kepadaku (mengikuti Sunnahku), dialah yang akan masuk surga, dan barang siapa yang mendurhakaiku, maka dialah yang yang enggan masuk surga.” (HR Bukhari)
Maka demikian pula seorang wanita atau isteri, dia akan masuk surga de-ngan menaati Allah dan Rasul-Nya dengan se-benar-benarnya.
2. Menaati Suami
Ketaatan kepada su-aminya merupakan pin-tu keselamatan baginya un-tuk meraih kenikmatan yang kekal dan abadi di surga. Rasulullah Saw bersabda:
“Jika seorang isteri itu telah menunaikan shalat lima waktu, dan shaum (puasa) di bulan Ramadhan, dan men-jaga kemaluannya dari yang haram serta taat kepada suaminya, maka akan di-persilakan: masuklah ke surga dari pintu mana saja kamu suka.” (HR. Ahmad) Diriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwasa-nya Asma datang kepada Nabi dan berkata: Sesung-guhnya aku adalah utusan dari kaum wanita Muslim, semua mereka berkata dan berpendapat sebagaimana aku Wahai Rasulullah, se-sungguhnya Allah telah mengutusmu kepada laki-laki dan wanita, kami telah beriman kepadamu dan mengikutimu, (namun) ka-mi kaum wanita merasa dibatasi dan dibelenggu. Padahal kamilah yang me-nunggu rumah mereka, tempat menyalurkan nafsu mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka, sedang mereka dilebihkan dengan sholat berjamaah, menyaksikan jenazah dan berjihad di jalan Allah. Dan apabila mereka ke luar berjihad, kamilah yang menjaga harta me-reka dan kamilah yang me-melihara anak-anak me-reka, maka apakah kami tidak mendapatkan bagian pahala mereka wahai Rasulullah? Maka ber-palinglah Rasulullah ke-pada para sahabatnya dan bertanya: Apakah tadi ka-mu sudah mendengar pertanyaan sebaik itu dari seorang perempuan ten-tang agamanya? Mereka menjawab: Ya, Demi Allah wahai Rasulullah, kemu-dian beliau bersabda: Pergilah engkau wahai Asma dan beritahukanlah kepada wanita-wanita yang mengutusmu bahwa layanan baik salah seorang kamu kepada suaminya, meminta keridhaannya dan menuruti kemauannya menyamai (pahala) amal-an laki-laki yang engkau sebutkan tadi. Maka Asma pun pergi sambil bertahlil dan bertakbir karena gem-biranya dengan apa yang diucapkan Rasulullah ke-padanya. (Al Istii’aab, Ibnu ‘Abd al Bar) Dari Ibnu Abbas ra ia berkata, wakil wanita ber-kata:“Wahai Rasulullah, saya wakil dari kaum wanita untuk berjumpa denganmu. Sesungguhnya jihad hanya diwajibkan atas kaum laki-laki saja, sekiranya mereka menang mereka memperoleh pahala dan sekiranya mereka terbunuh, maka mereka senantiasa hidup dan diberi rizki di sisi Rabb mereka. Sedangkan kami golongan wanita menjalankan tugas (berkhidmat) untuk mereka, maka adakah bagian kami dari yang tersebut? Maka Rasulullah menjawab, Sam-paikanlah kepada siapa saja dari kaum wanita yang eng-kau temui, bahwa taat kepada suami dan mengakui hak sua-mi adalah menyamai yang demikian itu, dan amat sedikitlah di antara kamu yang mampu melaksana-kannya.” (HR al Bazzar)
3. Melayani Suami
Sebagian isteri sangat taat kepada suaminya, tapi kurang pandai melayani suami dengan sebaik-baik-nya. Maka jika taat kepada suami dan pandai me-layaninya, hal itu merupa-kan kemuliaan tersendiri yang mengangkat derajat-nya meraih keselamatan di dunia dan akhirat.
Ummu Salamah ra berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Tiap-tiap isteri yang mati diridhai oleh suaminya, maka ia akan masuk surga.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Dari Abdullah bin Abi Aufa ia berkata, Mu’adz di-utus ke Yaman atau Syam dan dia melihat orang-orang Nashrani bersujud kepada pembesar-pem-besar dan kepada pendeta-pendetanya. Maka beliau berkata dalam hatinya sesungguhnya Rasulullah lebih layak untuk di-agungkan (daripada me-reka). Maka tatkala ia da-tang kepada Rasulullah ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku melihat orang-orang Nashrani bers-ujud kepada pembesar-pem-besar dan kepada pendeta-pendetanya, dan aku berkata dalam hatiku sesungguhnya engkaulah yang lebih layak untuk diagungkan (daripada mereka) lalu beliau bersabda: Andaikata aku boleh meme-rintahkan seseorang bersujud kepada seseorang, maka sung-guh akan kuperintahkan isteri bersujud kepada suami-nya dan seorang isteri belum dikatakan menunaikan kewajibannya terhadap Allah sehingga menunaikan ke-wajibannya terhadap suami seluruhnya, sehingga andai-kan (suaminya) memerlu-kannya di atas kendaraan, sungguh ia tidak boleh me-nolaknya. (HR Ahmad).
4. Menjaga Kehormatan Diri
Ciri keempat inilah yang merupakan kunci dari keshalihan seorang isteri yang berada di bawah pengawasan suaminya yang shalih. Lelaki yang memiliki isteri dengan ka-rakteristik seperti ini ber-arti telah memiliki harta simpanan yang terbaik. Dari Abu Umamah ra, dari Nabi Saw beliau ber-sabda: “Tidak ada yang paling bermanfaat bagi se-orang (lelaki) Mukmin se-su-dah bertaqwa kepada Allah daripada memiliki isteri yang shalihah, yaitu jika ia di-perintah ia taat, jika ia dipan-dang menye-nangkan hati, dan jika ia digilir ia tetap ber-buat baik, dan jika ia diting-galkan (suaminya) ia tetap menjaga suaminya dalam hal dirinya dan harta suaminya.” (HR Ibnu Majah) Dari Ibn Abbas ra Rasulullah Saw bersabda: “Ada empat perkara siapa yang memilikinya berarti mendapat kebaikan di dunia dan akhirat, yaitu hati yang bersyukur, lisan yang selalu berzikir, tubuh yang bersabar ketika ditimpa bala bencana (musibah) dan isteri yang ti-dak menjerumuskan suami-nya dan merusakkan harta bendanya.” (HR Thabrani dengan isnad Jayyid).
Wanita paling baik ada-lah wanita (isteri) yang apabila engkau meman-dangnya menggembirakan-mu, apabila engkau menyu-ruhnya dia pun menaati, dan apabila engkau pergi dia juga memelihara dirinya dan menjaga hartamu. (HR Abu Dawud. Derajat hadits oleh al Hakim dinyatakan shahih).
Tidak lengkap rasanya jika ada 20 cara membahagiakan istri Anda, tidak ada 20 cara membahagiakan suami Anda. Berikut masih dalam buku yang sama, “Nasihat Indah Untuk Suami Istri”, karya Syekh Umar Bakri Muhammad, bagaimana para istri memikat suami mereka. Semoga bermanfaat!
1.Anda adalah sekuntum mawar yang sedang bersinar di rumah Anda. Buatlah disaat suami Anda masuk ke rumah, dia merasa bahwa kecantikan dan keharuman mawar tersebut, tidak bukan dan tidak lain hanyalah untuknya seorang.
2.Bagaimana caranya agar suami Anda itu bisa merasa damai dan nyaman, baik dengan perbuatan ataupun dengan kata-kata ? Hal itulah yang secara terus menerus Anda selalu usahakan untuk suami Anda. Untuk kesempurnaannya, lakukan itu dengan sepenuh jiwa.
3.Sopan dan penuh perhatianlah Anda ketika berbincang-bincang dan berdiskusi, jauhkanlah perdebatan dan sikap keras kepala untuk mengemukakan pendapat Anda.
4.Pahami kebenaran dan keindahan prinsip-prinsip Islam di balik kelebihan sang suami terhadap Anda selaku istri, yang memang terkait dengan kodrat seorang wanita, dan janganlah hal ini dianggap sebagai sesuatu yang dzolim (penindasan).
5.Lembutkanlah suara Anda ketika berbicara dengan sang suami dan pastikan suara Anda tidak meninggi pada saat dia bersama Anda.
6.Pastikan Anda bangun pada malam hari untuk melakukan sholat malam secara rutin, hal ini akan membawa kecerahan dan kebahagiaan pada perkawinan Anda, sungguh mengingat Allah SWT akan membawa ketenangan pada hati Anda.
7.Bersikaplah diam ketika suami Anda sedang marah dan jangan tidur kecuali dia mengijinkannya.
8.Berdirilah dekat suami Anda ketika dia sedang memakai baju dan sepatunya.
9.Buatlah suami Anda merasa bahwa Anda menginginkan sang suami untuk mengenakan baju yang Anda pilih buat dia, pilihlah pakaian itu oleh Anda sendiri.
10.Anda harus sensitif dan memahami kebutuhan suami Anda, untuk menjadikan pernikahan Anda menjadi yang terbaik tanpa menghabiskan waktu Anda.
11.Ketika ada perselisihan pendapat, hendaknya Anda tidak menunggu agar sang suami meminta ma’af kepada Anda (jangan jadikan hal ini sebagai prioritas utama harapan Anda) kecuali kalau suami Anda secara sadar mengakuinya.
12.Rawatlah penampilan dan pakaian suami Anda, biarpun kelihatannya suami Anda malas untuk merawat dan memakainya, tapi yakinlah bahwa dia akan menyukainya sebagaimana teman-temannya juga akan menyukainya.
13.Hendaknya Anda tidak selalu mengandalkan suami Anda untuk berkeinginan melakukan hubungan badan, sekali-kali Anda mulailah lebih dulu, tentu pada saat yang tepat.
14.Di malam hari, jadilah seperti pengantin baru buat suami Anda, janganlah Anda beranjak tidur lebih dulu dari sang suami, kecuali kalau dirasa sangat perlu.
15.Janganlah menunggu atau mengharapkan balasan dari semua perbuatan dan kebiasaan baik Anda, banyak suami karena kesibukan kerjanya, gampang melupakan untuk melakukan hal tersebut, atau secara tidak sengaja lupa untuk menyampaikan penghargaan yang semestinya kepada Anda.
16.Hendaknya berbuat sesuai dengan keadaan dan kemampuan keuangan yang ada, dan jangan meminta sesuatu yang berlebihan dan mahal.
17.Ketika suami Anda baru pulang dari perjalanan yang lama ataupun bepergian dari tempat yang jauh, sambutlah dia dengan wajah yang ceria dan tunjukkanlah bahwa Anda sangat merindukan kedatangannya.
18.Ingatlah selalu bahwa keberadaan sang suami adalah salah satu sarana mendekatkan diri Anda kepada Allah SWT.
19.Pastikan Anda untuk selalu memperbaharui dan merubah bentuk penampilan Anda, sebagai tanda dan ungkapan kasih Anda menyambut suami tercinta.
20.Ketika sang suami meminta sesuatu untuk melakukan hal-hal tertentu, maka pastikan Anda melakukannya dengan sigap dan sepenuh hati, jangan sampai Anda merasa enggan dan lamban.
Banyak alasan yang membuat kaum wanita jatuh cinta kepada Islam. Banyak ‘kejutan’ dan respon yang mengungkapkan tentang “ketertindasan” yang dialami kaum wanita di “negara-negara Islam konservatif” terkait masalah jilbab. Sudah ribuan buku dan tulisan yang membahas tentang hal ini. Namun meskipun demikian, kita tak bisa memungkiri ada ribuan atau bahkan jutaan wanita yang lebih memilih untuk menutup auratnya dengan jilbab (red: hijab) meskipun ia tengah berada dalam komunitas masyarakat yang bebas. Mengapa permasalahan tentang wanita yang mengenakan hijab terus diwacanakan? Pendapat tentang sepotong “kain” yang mampu menindas kaum wanita adalah opini yang konyol dan mengada-ada. Pada kenyataannya, kebanyakan dari kaum wanita merasa bahwa jilbab (hijab) telah dibebaskan pada mereka dalam banyak cara. Para perempuan Muslim tidak lagi tunduk pada degradasi seksual perempuan dalam masyarakat jika mereka memakai jilbabnya. Pernahkah Anda mendengar seorang wanita waras meminta untuk ditindas atau rusak? Pastilah tak ada seorang pun yang berpikir demikian. Percayalah inilah yang dirasakan oleh para perempuan Muslim di seluruh dunia. Tentu saja Islam tidak melulu tentang jilbab. Jilbab adalah suatu aplikasi aktual terhadap keimanan dan ketaatan kepada Allah. Meskipun demikian, kewajiban akan pemakaian hijab adalah bersifat fardhu ‘ain bagi kaum Hawa. Iman Islam didasarkan pada beberapa prinsip, yang pertama dan paling penting adalah konsep Allah yang Esa. Agung dan Kekal, Tak Terbatas dan Maha Perkasa, Maha Penyayang dan Pengasih, Pencipta dan Penyedia. Allah tidak memiliki ayah maupun ibu, tidak anak-anak juga. Dia bukanlah ayah dari siapa pun. Tidak ada yang sama dengan-Nya. Ia adalah Allah seluruh umat manusia, bukan dari suku atau ras tertentu. Konsep ini jelas sangat menarik bagi orang yang mempelajari Islam karena itu adalah logis, sederhana dan adil. Dalam dunia yang kompleks dan sering ceroboh, kesederhanaan sangat menarik bagi wanita. Hal pertama yang menonjol tentang Islam adalah konsep Allah yang Esa, Tauhid.
Selain itu, –yang mungkin menarik bagi kaum wanita– adalah Islam banyak membahas permasalahan terkait wanita. Meskipun tidak hanya terbatas tentang hal itu (wanita). Islam sendiri membahas permasalahan yang terkait dengan seluruh umat manusia, kaum muda, tua, sakit dan orang tak berdaya, dan orang kaya dan kuat. Islam bahkan membahas mengenai kaum non muslim. Islam juga berlaku di zaman modern. Hal-hal yang ditulis 1400 tahun yang lalu masih bisa diterapkan untuk saat ini dan masa yang akan datang. Hebatnya, banyak permasalahan terkait wanita ditunjukan solusinya melalui Quran dan Sunnah (kehidupan dan ajaran Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa salam). Banyak para wanita yang bertanya-tanya tentang hikmah di balik banyaknya jumlah istri Rasulullah Nabi Muhammad shallalahu alaihi wa salam. Setiap salah satu dari istri beliau memainkan peran tertentu dalam Islam dan sering disebut kembali ketika mencari penyelesaian masalah oleh perempuan. Sebagai contoh, istri pertama Rasulullah shallalahu alaihi wa salam, Khadijah (ra.) yang jauh lebih tua dari beliau 15 tahun, seorang wanita bisnis kaya. Dalam hal ini terdapat tauladan bagaimana ketika seorang Muslim menikahi seorang wanita yang usia jauh di atasnya dan dengan kekayaan yang lebih besar darinya. Rasulullah SAW memberikan contoh dan tauladan bagaiman menempatkan diri sebagai seorang suami. Sementara itu, kenyataan lain bagi perempuan adalah fakta bahwa seorang suami dan ayah, serta saudara dan paman diperintahkan untuk melindunginya. Ini merupakan hukum alam terkait seorang wanita. Seorang gadis tumbuh menjadi wanita yang aman ketika ia memiliki keluarga yang melindunginya. Ketika dia melihat pria di sekelilingnya yang kuat, berani dan terhormat ia pun mampu mengembangkan harga diri yang kuat. Ketika dia tumbuh dan menikah dan menjadi seorang ibu, pasti dia ingin perlindungan suaminya untuk dirinya sendiri dan keturunannya. Jika kita menyangkal bahwa perempuan adalah seperti halnya laki-laki yang mampu dan berperan sama sebagai pelindung, pada dasarnya kita menyangkal hakikat seorang wanita dan menurunkan posisi manusia. Manusia memiliki tempat dan peran dalam keluarga dan begitu juga perempuan. Beberapa aspek lain dalam Islam yang menarik bagi wanita, misalnya hak untuk bekerja, hak untuk memiliki properti, hak untuk warisan dan seterusnya. Meskipun semua hal-hal ini penting untuk seorang wanita, hal tersebut mungkin tidak terlalu menarik bagi wanita saat ini karena mereka telah mendapatkannya sekarang.
Namun apa yang mengesankan adalah bahwa mereka diberi hak-hak ini 1400 tahun yang lalu saat sejarah perempuan dalam masyarakat Barat dimarjinalkan sebagai “kelompok masyarakat” dengan intelektual lebih rendah dari pria, tetapi juga sumber utama dari penindasan dan kejahatan. Tetapi dalam Islam, sejak kedatangannya wanita telah mendapatkan tempat yang mulia. Faktor terakhir yang paling menarik bagi seorang wanita terhadap Islam adalah kedudukan seorang istri, ibu dan keluarga. Islam mendudukkan keluarga dan pernikahan dalam status yang tinggi. Ibu mendapatkan posisi tertinggi di “mata” Islam. Ada banyak contoh dalam Al Quran, salah satunya dalam surat Luqmaan 31:14-15: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. “ Istri diberi berdiri sangat tinggi dan mempunyai ‘kedudukan’ yang sama dengan laki-laki sebagai manusia. seperti yang tersurat dalam Al-Nisa 4:19.
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.“ Dan Nabi shallalahu alaihi wa salam berkata: “Dan perlakukan wanita dengan kebaikan, dan perlakukan wanita dengan kebaikan.” Dari Abu Hurairah ra ia berkata : Rasulullah shallalahu alaihi wa salam bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik diantara mereka akhlaqnya, dan yang paling baik diantara kamu sekalian adalah orang yang paling baik terhadap istri mereka”. [HR. Tirmidzi] “Sebaik-baik di antara kalian adalah orang yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik diantara kalian terhadap istriku.” Diriwayatkan oleh al-Tirmidhi, 3895; digolongkan sebagai shahih oleh al-Albani dalam Shahih Al-Jami ‘, 3314. Saat ini keberadaan sebuah keluarga seolah berada di ambang kehancuran. Hal ini terjadi karena adanya persimpangan semua perbatasan peradabaan sekuler atas. Keluarga tidak lagi dinilai sebagai wadah dalam membentuk generasi berperadaban, tetapi konsep tentang berkeluarga seolah menjadi momok yang dikoar-koarkan tentang beban berat yang hendak dipikul terkait permasalahan ekonomi dan kebebasan. Opini tentang pernikahan adalah pasung bagi kaum wanita adalah wacana konyol yang digemboskan oleh kaum feminisme, karena pada faktanya Islam mengatur tentang setiap adab dalam perkawinan dimana wanita diposisikan dengan kedudukan yang mulia dalam hubungan perkawinan dan keluarga. Tentunya semua wanita menginginkan kemenangan bagi anak-anak mereka dan keluarga. Masyarakat dan kehidupan mungkin telah berubah dalam banyak cara, namun dalam banyak hal esensi keberadaan manusia masih sama. Kisah berikut adalah contoh moral yang sangat baik tentang bagaimana Islam memandang perempuan. Orang-orang Yunani Iliad karya Homer dan kami memiliki Mu’tasim. Seorang wanita Muslim diserang oleh orang Romawi di kota Roma. Dia tidak diperkosa seperti saudari kita di Palestina. Dia tidak dibunuh seperti saudara kita di Bosnia. Bayinya tidak diambil dari perutnya, seperti saudara muslim di Bosnia ketika mereka dipotong hidup-hidup. Tidak ada yang seperti itu yang terjadi padanya. Pelecehan yang terjadi padanya ‘hanyalah’ disibakkannya kerudung penutup kepalanya oleh tentara Romawi, kemudian dia berteriak minta keadilan agar haknya dilindungi oleh Penguasa Muslim ketika itu, “Ya Mu’tasim”. Dan teriakan itu sampai di telinga Khalifah Mu’tasim Billah. Dalam suatu riwayat disebutkan Mu’tasim menyuruh adzan keenam yang bertujuan untuk mengumpulkan semua umat Islam di masjid. Dan mereka berkata, “Ada apa?”. Mu’tasim menjawab bahwa “Sebuah laporan telah saya dengar, seorang saudari Muslim dilecehkan kehormatannya di sebuah kota Romawi.” Ia berkata “Wallahi, aku akan mengirim tentara yang begitu besar sehingga saat mencapai rombongan tentara pertama yang berangkat telah mencapai sana (kota tempat wanita tersebut tinggal, Roma), rombongan tentara lain baru akan meninggalkan pangkalan kami. Dan saya akan mengirimkan tentara ke kota itu.” Ini adalah respon menentukan dari seorang Khalifah, ketika kehormatan seorang saudari tersentuh. Bahkan kisah ini terus dan tetap menjadi kisah dalam sejarah moral yang tetap sama. Dan hal ini juga adalah alasan mengapa wanita mencintai Islam! Wallahua’lam.
Tidak jarang sebagian kita dihadapkan pada kebisingan suara dan bisikan di dalam hati, saat hati sedang bimbang dan bingung. Kadang-kadang suara dan bisikan itu muncul saat hati terluka, bingung menentukan sikap. Sering juga muncul dalam kesunyian dan kesendirian, saat merenungi nasib yang tak menentu, yang semakin hari terasa semakin dihimpit oleh keadaan dan tuntutan kebutuhan.
Tidak jarang juga terjadi suara itu membising saat menjelang tidur, terutama saat mata tak dapat dipejamkan karena ditinggal suami atau isteri, atau kehilangan pekerjaan, bingung menentukan pilihan. Atau karena pekerjaannya tergeser oleh orang lain akibat ketatnya persaingan yang tak manusiawi di zaman kapitalisme sedang berkuasa.
Bahkan sebagian kita juga sering dibingunan untuk menentukan pilihan karena prediksi tentang nasib dirinya, yang diisyaratkan oleh “Waliyulah” atau “Orang pintar” melalui penerawangan ghaib atau bisikan dan suara hatinya.
Supaya kita tidak bingung menentukan sikap dan memiliki konsep serta rumus yang jelas, saya akan kutipkan beberapa uraian dan penjelasan seorang ulama besar, filosuf dan sufi besar di zaman, yaitu Allamah Muhammad Mahdi An-Naraqi dalam kitabnya “Jami’us Sa’adat, penghimpun kebahagiaan. Mari kita simak dengan cermat dan teliti, semoga bermanfaat bagi kita semua. Berikut ini penjelasan beliau:
Ketahuilah, suara atau bisikan yang muncul di dalam hati, adakalanya baik dan adakalanya buruk. Jika bisikan atau suara halus itu mengajak pada keburukan, maka suara itu tercela dan dinamakan “Was-was” (bisikan setan). Jika suara itu mengajak pada kebaikan, maka suara itu terpuji dan dinamakan “Ilham” (suara malaikat).
Hati dari sisi munculnya suara atau bisikan bagaikan:
1. Sararan anak panah yang dipancarkan dari berbagai arah.
2. Taman yang dialiri air dari berbagai saluran.
3. Rumah yang memiliki beberapa pintu dapat dimasuki bermacam-macam manusia.
4. Atau cermin yang padanya bercermin bermacam-macam bentuk dan wajah manusia.
Semua contoh tersebut tergantung dan tidak terlepas dari apa yang datang dan mengalir padanya. Demikian juga hati, tidak terlepas dari suara atau bisikan dari mana datangnya. Suara lembut Ilahiyah (luthuf) selalu tersembunyi dan bersemayam di dalamnya, menghadapi bermacam-macam suara dan bisikan yang lain. Luthuf Ilahiyah itu tidak berhubungan dengan badan dan segala kelezatannya, tersucikan dari semua kotoran dan keburukan tabiat.
Ketika datang suara bisikan baru, tentu itu ada penyebabnya. Jika penyebabnya setan, maka bisikan itu dinamakan “Was-was” (bisikan setan); jika penyebabnya malaikat, maka dinamakan “Ilham” (suara malaikat). Ketika hati siap menerima kehadiran was-was, maka kondisinya dinamakan “Ighwa’”(bujukan) dan “Khidzlân” (kehinaan). Ketika hati siap menerima kehadiran ilham, maka kondisinya dinamakan “Luthuf” dan “Taufiq”, suara Ilahi dan bimbingan. Kondisi inilah yang diisyaratkan oleh Rasulullah saw dalam hadisnya:
في القلب لمتان: لمة من الملك ايعاد بالخير وتصديق بالحق، ولمة من الشيطان ايعاد بالشر وتكذيب بالحق
“Dalam hati ada dua perkumpulan: Perkumpulan malaikat yang mengajak pada kebaikan dan membenarkan kebenaran, dan perkumpulan setan yang mengajak pada keburukan dan mendustakan kebenaran.”
Dalam hadis yang lain Rasulullah saw mengisyaratkan:
قلب المؤمن بين اصبعين من أصابع الرحمن
“Hati seorang mukmin berada di antara dua jari dari jari-jari Yang Maha Pengasih.”
Disarikan dari kitab Jami’us Sa’adat, penghimpun kebahagiaan, jilid 1: 142-143.

Allahumma sholli wasallim ala sayyidina muhammadin Wa ala alihi wasohbihi ajmain.
Bibarakati Sulthanil Aulia,Algausul A'zhom,Alquthbi Rabbani,Wal Haikalu Shomadani Syech Abdul Qodir Jailani R.A.
Tuan Syech menjadi Syaikhuts tsaqolain, yaitu syaikhnya Jin dan Manusia yang sempurna, juga wali yang penuh kewaspadan yang sempurna wusul kepada Allah dan mempunyai kedudukan luhur lagi mulya serta mempunyai martabat yang tetap dan derajat yang sempurna dan prilaku yang luhur serta kesempurnaan yang tinggi, juga menjadi Wali Quthub yang ahli ma'rifat kepada Allah, dan menjadi pemimpin pertolongan penerangan hati, yaitu putra Syaikh Abi Sholih Musa Janki Dausat.
Janka Dausat putranya Syaikh Abdillah bin Yahya Azzahid Bin Musa Al juni bin Abdillah Al mahdi bin Al Hasan Almutsan bin Alhasan As Sibthi bin Ali Bin Abi Tholib. Dan putranya Syarifah Fathimah Az Zahro' putri dari junjungan kita Baginda Rasulullah S.A.W.
Tuan Syech Abdul Qodir Jailani dilahirkan didusun Jilan, kota terpencil di luar kota Tobaristan, pada tanggal 1 Romadhon 471 H.
Pada waktu beliau masih bayi, disiang hari bulan ramadhan, beliau tidak mau menetek(menyusu), karena inayah dari Allah kepada beliau. Dan ketika usianya mendekati baligh, Tuan syech gemar mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, mengunjungi para ulama yang mulia lagi berpengetahuan tinggi.
Tuan syech belajar ilmu fiqh kepada Syaich Abil Wafa Ali bin Aqil, Syech Abil Khotob Al-Kalwadzani Mahfudz bin Ahmad Al-Jalil dan Syech AbilHusain Muhammad bin AlQodli Abi Ya'la.
Di bidang Adab beliau belajar dengan Syech Abi Zakaria Yahya bin Ali Athibrizi. Kemudian Tuan Syech berbai'at belajar ilmu Thoriqoh kepada Guru yang Mursyid Arif Billah yaitu Syech Abil Khoiri Hammad bin Muslim Ad Dabbas.
Karomah Beliau :
Suatu ketika seratus ulama Ahli Fikih Bagdad berkumpul masing-masing membawa masalah, kemudian dikumpulkan, dan menghadap Kanjeng Syaikh perlu menguji kemampuannya,setelah para Ulama itu duduk didalam majelis, Tuan Syechpun menundukan kepala,tiba-tiba keluarlah cahaya bersinar dari dalam dadanya menembus dada para Ulama itu,maka hilanglah apa yang ada pada hati mereka, sampai pada masalah-masalah yang sudah matang dipersiapkan hilang begitu saja, para ulama tadi menjadi kebingungan, gemetar dan seakan-akan tidak berdaya juga kesadarannya, menyobek-nyobek pakaian dan juga tutup kepalanya. Kemudian Tuan Syech naik ke kursinya seraya memberikan jawaban yang sudah tersimpan dari masing-masing Ulama tersebut,setelah lengkap memberikan jawaban masalah-masalah itu semua, para Ulama tadi baru mengakui akan kelebihan Tuan Syech, lalu mereka tunduk.
Disaat mengajar beliau duduk diatas kursi yang tinggi agar bisa dilihat dan dingar, ucapannya terang dan lantang. Kadang-kadang Tuan Syech bagaikan berjalan di angkasa,kemudian kembali lagi ke kursinya, hal itu disaksikan oleh jamaah yang hadir.
Suatu ketika Tuan Syech melihat seberkas cahaya berkilauan menerangi ufuk langit, tidak lama menampakkan diri seraya memanggil-manggil : Wahai Abdul Qodir ..Aku adalah Tuhanmu ..Sungguh aku perbolehkan untukmu semua yang diharamkan. Maka Tuan syech menjawab : A'udzu Billahi Minasy Syaithanirrojim, Seketika itu juga cahaya tadi berubah menjadi gelap dan menyerupai awan dengan bersuara keras: Wahai Abdul Qodir ...., selamatlah engkau dari ulah sesatku, sebab ilmumu tentang hukum Tuhanmu dan karena pemahamanmu tentang kedudukanmu sungguh aku sudah menyesatkan seperti kejadian ini dari tujuh puluh orang thoriqoh.Setelah beliau selamat dari godaan syetan, kemudian memuji kepada Allah dengan mengucapkan : Anugerah dan keselamatan hanya kepada Tuhanku. Maka ditanyakan kepada Syech: Bagaimana Tuan syech bisa tahu sesungguhnya itu adalah syaitan..?
Tuan Syech menjawab: Dari Ucapannya, Telah aku perbolehkan bagimu apa yang diharamkan. Karena setahu saya sungguh Allah ta'ala tidak akan memerintahkan untuk berbuat jahat.
Tuan Syech Berkata: Tidak boleh terjadi didalam majelis untuk menghadap kepada Allah ta'ala,kecuali membersihkan dirinya dari kotoran dosa. Dan tidak akan dibuka hatinya untuk ma'rifat kepada Allah,kecuali hatinya dikosongkan dari pengakuan mempunyai prilaku baik dan dari perbuatan yang meresahkan. Apabila kebiasaan manusia sudah berlumuran dosa dan tidak mau membersihkan, maka Allah ta'ala menurunkan berbagai macam penyakit lahir ataupun bathin kepada mereka sebagai tebusan dan pembersih dosa-dosanya, agar yang demikian itu sesuai majelis menghadap dan mendekat kepada Allah, baik mereka sadar maupun tidak.
|
|